Social E-Environment dalam E-Business

E-BUSINESS E-COMMERCE

Social E-Environment dalam E-Business

Image

Kelas: D

Oleh:

 Alvalina Fadhilah Arini         A.2010.1.31388

SEMESTER 4

STIE MALANGKUCECWARA

MALANG 2010/2011

Daftar Isi

Daftar Isi…………………………………………………………………………………….. 1

  1. Pendahuluan………………………………………………………………………….2

        1.1  Latar Belakang.……………………………………………………………….2

        1.2  Rumusan Masalah…………………………………………………………..2

        1.3  Tujuan……………………………………………………………………………2

  1. Bahasan

        2.1  Pengertian Social E-environment dalam E-Business……………3

        2.2  Bagaimana bentuk Social E-environment dalam E-business (pertanggung jawaban sosial perusahaan)……………………………………………………………………………….6

       2.3  Dampak Social E-environment dalam E-business (pertanggung jawaban sosial perusahaan)………………………………………………………………………………………………….8

  1. Penutup………………………………………………………………………………..10

        3.1  Kesimpulan……………………………………………………………………10

Daftar Rujukan…………………………………………………………………………..10

 

 

 

  1. Pendahuluan

1.1  Latar Belakang

    Environment yang berarti lingkungan  (lingkungan hidup, lingkungan keluarga, lingkungan desa dan sebagainya). E-Environment (Elektronik Environment) merupakan pengembangan teknologi dan informasi guna melestarikan lingkungan. Keuntungan dari E-Environment adalah bisa membantu melestarikan lingkungan yang ada di negara ini, dapat mempromosikan kekayaan alam yang dimiliki oleh masing-masing daerah dan dapat ikut serta dalam program pelestarian alam.

    E-Commerce dan E-Business, sepertinya kita sudah sering mendengar kedua istilah ini apalagi bagi anda yang sering berbelanja atau berbisnis dalam dunia maya seperti internet. Di sini saya tidak membahas secara detail mengenai kedua istilah tersebut, tetapi saya akan mencoba memberikan perbedaan yang sedemikian jelas dan signifikan antara e-commerce dan e-business. Banyak orang hanya sekedar tahu mengenai e-commerce dan e-business tetapi mereka tidak memahami arti sesungguhnya dan perbedaan yang melekat dari kedua istilah ini. Sehingga banyak orang berasumsi bahwa e-commerce dan e-business pada prinsipnya memiliki arti dan fungsi yang sama, namun sesungguhnya kedua istilah ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

    Macro-e yaitu lingkungan menyeluruh yang mana dalam pelaksana E-Environment harus bisa mengacu pada ke-5 aspek tersebut (SLEPT). Social, setiap usaha yang didirikan berupaya untuk mensejahterakan masyarakatnya.

1.2  Rumusan Masalah

  1. Apa yang di maksud dengan Social E-environment dalam E-business?
  2. Bagaimana bentuk Social E-environment dalam E-business (pertanggung jawaban sosial perusahaan)?
  3. Apa Dampak Social E-environment dalam E-business (pertanggung jawaban sosial perusahaan)?

1.3  Tujuan

  1. Memaparkan apa yang di maksud dengan Social E-environment dalam E-business.
  2. Menguraikan bentuk Social E-environment dalam E-business (pertanggung jawaban sosial perusahaan).
  3. Menjelaskan Dampak Social E-environment dalam E-business (pertanggung jawaban sosial perusahaan).
  1. Bahasan

2.1  Pengertian Social E-environment dalam E-Business

E-business adalah praktek pelaksanaan dan pengelolaan proses bisnis utama seperti
perancangan produk, pengelolaan pasokan bahan baku, manufaktur, penjualan, pemenuhan pesanan, dan penyediaan servis melalui penggunaan teknologi komunikasi, komputer, dan data yang telah terkomputerisasi. (Steven Alter. Information System: Foundation of E-Business. Prentice Hall. 2002).

Macro-e yaitu lingkungan menyeluruh yang mana dalam pelaksana e-Environment harus bisa mengacu pada ke-5 aspek tersebut (SLEPT). Social, setiap usaha yang didirikan berupaya untuk mensejahterakan masyarakatnya. Social yang di maksutkan dalam hal ini adalah setiap perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial dalam melaksanakan pergerakan perusahaan. Karena perlu di ketahui bahwasanya semakin berkembangnya perusahaan pasti semakin besar jg pertanggung jawaban social terhadap lingkungan sekitar.

Environment yang berarti lingkungan  (lingkungan hidup, lingkungan keluarga, lingkungan desa dan sebagainya). E-Environment (Elektronik Environment) merupakan pengembangan teknologi dan informasi guna melestarikan lingkungan. Keuntungan dari e-Environment adalah bisa membantu melestarikan lingkungan yang ada di negara ini, dapat mempromosikan kekayaan alam yang dimiliki oleh masing-masing daerah dan dapat ikut serta dalam program pelestarian alam.

E-business tidak hanya mencakup dalam dunia perdagangan elektronik saja, tetapi electronic business ini sudah mencakup ke bidang perusahaan, seperti kerja sama antar mitra bisnis serta penyediaan lowongan tenaga kerja dengan memanfaatkan teknologi internet. Jadi pebisnis dalam perusahaan dapat menghemat waktu untuk menjalin komunikasi dengan mitra bisnis lainnya (terutama bila berada dalam lokasi yang sangat jauh) dalam membicarakan pelayanan konsumen, transaksi bisnis, serta pengorderan secara elektronik dengan dibantu dengan teknologi internet. Selain itu perusahaan juga dapat menyebarkan atau memberitahu informasi mengenai lowongan ketenaga kerjaan dalam suatu website, contoh yang penulis tahu mengenai situs yang mengkhususkan dalam perekrutan tenaga kerja seperti JobsDB.com dan JobStreet.com. Dalam situs tersebut calon tenaga kerja dapat mendaftar lalu mengisi beberapa kolom pertanyaan dan memilih posisi atau bagian yang diinginkan untuk bekerja nantinya yang sesuai dengan kemampuan diri serta meng-upload CV yang dimiliki. Nantinya perusahaan akan memberi tahu lewat kiriman email ke calon tenaga kerja mengenai lowongan-lowongan yang tersedia.

Begitu cepatnya perkembangan yang terjadi dalam dunia bisnis, hingga secara akumulasi mampu memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi, ternyata aspek pertumbuhan itu kurang diimbangi dengan pemerataan, maka terjadilah kasus kesenjangan sosial dan ekonomi. Prinsip umum dalam dunia bisnis, yakni mencari benefit yang maksimum. Faktor modal dan berbagai sumber daya dikerahkan untuk mendapatkan out put yang memiki nilai lebih. Untuk mencapai sasaran tersebut banyak hal yang harus “dikorbankan”, meskipun “pengorbanan” itu secara tidak langsung. Dalam konteks “pengorbanan” tersebut seringkali terjadi penyimpangan, umpamanya tenaga kerja yang dibayar tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hingga upah tersebut tidak bisa menutupi kebutuhan dasar (basic need) dari tenaga kerja. Dalam model relasi yang demikian, berarti unsur tenaga kerja yang mensubsidi pelaku bisnis. Lantas, apakah hal tersebut tidak menyimpang dari etika bisnis? Apakah pelaku bisnis yang bertindak bisa dikatakan memiliki tanggungjawab sosial?

Tenaga kerja merupakan faktor produksi, di samping modal, bahan baku, mesin dan lahan. Para pelaku bisnis biasanya berupaya menekan ongkos produksi, yakni untuk memperoleh benefit yang maksimum. Upah tenaga kerja yang dibayar rendah merupakan langkah efisiensi yang sangat keliru. Sebab, bagaimanapun tingkat upah ini akan berkaitan erat dengan tingkat produktivitas.

Upah yang rendah menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan fisik minimum (KFM), lebih jauh lagi akan menimbulkan penurunan motivasi kerja. Padahal, tenaga kerja merupakan aset terpenting bagi setiap perusahaan, merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahya produktivitas dan efisiensi perusahaan.

Perkembangan bisnis selalu dalam kondisi yang sehat, maka etika bisnis harus tetap ditegakkan. Sebab, bagaimanapun bisnis bukan sekedar kegiatan ekonomi semata, tetapi, juga menyangkut tanggungjawab sosial. Bisnis akan terus tumbuh jika lingkungan sosial kondusif. Lingkungan sosial meliputi tenaga kerja dengan segenap permasalahannya. Gejolak sosial yang muncul, seperti dalam bentuk aksi pemogokan, akan menimbulkan kemandegan pertumbuhan perusahaan.

Bisnis tumbuh ditengah-tengah masyarakat, bahkan segala aktivitas selalu berkaitan erat dengan masyarakat. Dengan demikian masyarakat senantiasa menerima dampak eksternal dari berbagai kegiatan bisnis, baik dampak positif atau negatif. Umpamanya dengan pembukaan industry baru, dampak eksternal positif yang muncul, antara lain terjadinya penyerapan tenaga kerja. Selain itu, terjadi juga peningkatan pendapatan masyarakat di sekitarnya. Dengan munculnya bisnis baru ditengah-tengah masyarakat, bisa memacu kegiatan perekonomian domestic. Hal itu ditandai dengan meningkatnya keluar masuk uang dan barang, juga sarana transportasi menjadi tersedia. Beberapa kota baru tiba-tiba muncul dan banyak diekspos, misalnya Cikampek, Cikarang, Cilegon, Bontang, Batam dan Lhoksumawe. Kota-kota kecil tersebut dulunya kurang dikenali, lantas mendapat perhatian besar, antara lain karena kehadiran berbagai aktivitas bisnis, terutama sektor industri.

Dengan munculnya kawasan bisnis baru, masyarakat disekitarnya akan mengalami transformasi sosial, ekonomi bahkan budaya. Arah transformasi tersebut bisa positif, bisa pula sebaliknya. Contoh yang negatif, umpamanya meningkatnya budaya komsumerisme dan pemindahan status kepemilikan lahan. Dengan dibukanya kawasan industri baru atau pusat-pusat bisnis, terjadilah upaya pembebasan tanah, kasus ini bisanya menyebabkan kekurangpuasan dalam hal ganti-rugi, yang penyelesaiannya bisa berlarut-larut. Jika penanganan proses “pemindahan status pemilik lahan” ini kurang seksama dan tidak disertai tanggungjawab sosial, maka bisa menimbulkan dampak eksternal bisnis yang negatif, yakni meluasnya pengangguran dan kemiskinan.

Kehadiran berbagai sektor bisnis di tengah-tengah masyarakat, selalu menimbulkan dampak eksternal positif dan negatif. Masalahnya, jenis dampak eksternal yang mana paling dominan. Di sinilah letak pentingnya etika bisnis dan tanggungjawan sosial, bisnis tidak semata-mata mengejar keuntungan, tetapi juga berupaya untuk ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Paling tidak, kegiatan bisnis tersebut tidak merugikan masyarakat.

Aktivitas bisnis terutama sektor industri, seringkali menimbulkan dampak lingkungan yang negatif. Dalam berbagai proses produksi dihasilkan gas polutan atau limbah bentuk padat dan cair. Dampak dari pelimbahan yakni merosotnya mutu lingkungan yang secara langsung menyebabkan merosot pula mutu hidup masyarakat sekitarnya. Udara yang dihirup menjadi tercemar. Selain itu, limbah banyak berupa racun yang dapat mengancam kelangsungan hidup masyarakat.

Jika kasus pelimbahan dan polutan sudah tak terkendalikan lagi, maka sudah menunjukkan terjadinya penyimpangan etika bisnis dan degredasi tanggungjawab sosial dari pelaku-pelaku bisnis. Padahal biaya kompensasi untuk merehabilitasi lingkungan yang rusak jauh lebih mahal, juga biaya itu hanya sebagian kecil saja yang ditanggung pelaku bisnis, sebagian besar lainnya justru ditanggung oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, atau subsidi dari pemerintah. Ternyata, berbagai aktivitas bisnis memerlukan filosofi bisnis, yakni etika bisnis dan tanggungjawab sosial, yang harus benar-benar di realisasikan, antara lain untuk meredam terjadinya dampak internal atau eksternal yang negatif.

2.2  Bagaimana bentuk Social E-environment dalam E-business (pertanggung jawaban sosial perusahaan)

Pada dasarnya kegiatan program tanggung jawab sosial sangat beragam bergantung pada proses interaksi sosial, bersifat sukarela, didasarkan pada dorongan moral dan etika, biasanya melebihi dari hanya sekedar kewajiban memenuhi peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, di dalam praktek, penerapan program tanggung jawab sosial selalu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing perusahaan dan kebutuhan masyarakat. Idealnya terlebih dahulu dirumuskan bersama antara tiga pilar yakni dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat, yang kemudian dilaksanakan sediri oleh masing-masing perusahaan. Dengan demikian adalah tidak mungkin untuk mengukur pelaksanaan program tanggung jawab sosial.

Jika masih banyak kalangan yang memandang program tanggung jawab sosial sebagai program yang tidak profitable maka tak urung program tanggung jawab sosial akan menjadi beban dan tuntutan semata, akan tetapi seharusnya program tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) merupakan komitmen yang dilakukan pemerintah dan perusahaan untuk peduli dan berupaya aktif memberi solusi konkrit atas kompleksnya permasalahan sosial di tengah masyarakat kita. Fokusan program tanggung jawab sosial adalah bagaimana meningkatkan kualitas hidup masyarakat hingga akhirnya muncul kemapanan masyarakat untuk mengatasi permasalahan sosial. Sebagai contoh kontribusi program tanggung jawab sosial terhadap upaya pembangunan sosial yaitu PT.Univeler Indonesia yang telah melakukan program program tanggung jawab sosial melalui pendampingan petani kedelai. PT Unilever telah berhasil membina petani yang menggarap lebih dari 600 hektar kedelai hitam hingga mengkontribusikan sekitar 30 persen kebutuhan produksi Kecap Bango. Program semacam ini tentu saja bermanfaat bagi petani dan 7 perusahaan. Bagi petani misalnya program ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas produksi dan juga menjamin kelancaran distribusi, sedangkan bagi perusahaan dapat menjamin kelancaran pasokan bahan baku untuk produk-produk yang menggunakan bahan dasar kedelai. Melalui program ini pula, permasalahan petani, seperti rendahnya harga beli dan ketidakpastian pembeli, dapat terhapuskan. Diharapkan, program ini dapat meningkatkan kesejahteraan para petani.

Program pembinaan petani kedelai hitam ini mulai dilaksanakan Yayasan Unilever Peduli bekerjasama dengan UGM sejak 2001. Dalam program ini, Unilever mendampingi petani untuk membudidayakan kedelai hitam guna mencapai kualitas kedelai hitam yang optimal, menyediakan akses pasar, jaminan harga, dan akses finansial, serta memberdayakan kelompok perempuan dalam proses sortasi (pada proses paska panen). Kegiatan ini juga bermanfaat bagi para ibu untuk menambah pendapatan dan mempererat komunitas perempuan di lingkungan mereka. Hingga 2007, program ini telah melibatkan 6,600 petani di 1,100 hektar lahan.

Kini yang menjadi tantangan selanjutnya adalah bagaimana semua pihak terkait dalam kesungguhan komitmen bersama-sama menerapkan program program tanggung jawab sosial dalam pengabdiannya terhadap masyarakat. Uraian yang penulis utarakan diatas adalah salah satu alteratif dalam pengembangan program program tanggung jawab sosial.

Pada saatnya nanti, masyarakat luas akan semakin kritis dalam menyikapi permasalahan permasalahan petani khususnya antar kedelai import. Masyarakat akan menuntut pertanggung jawaban dari pihak yang telah melakukan hal tersebut. Pertanggungjawaban itu dapat berupa tuntutan masayarakat terhadap akses yang lebih berimbang dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Akan tetapi, untuk hal ini pemerintah belum melakukan hal yang sama namun paling tidak pernah berusaha memperkuat sektor usaha mereka dengan mengurangi bermacam pembatasan pada aktifitas ekonomi informal dan dengan memperkenalkan cara yang mengangkat aktifitas ini. Ini termasuk pembagian kredit oleh pemerintah, pembangunan pasar, dan pengenalan pada pelatihan dan bantuan teknis. Beberapa pemerintah telah mendorong para pelaku bisnis besar untuk bekerja sama dengan pengusaha kecil sektor informal dan meningkatkan ketersediannya barang dan layanan yang mereka beli dari usaha ini.

Pengangkatan pendekatan usaha lewat kelompok berpendapatan rendah harus terfokus tidak hanya pada individu dan keluarga tetapi juga masyarakat. Sesungguhnya penulis seperti Thomas Dichter (1989) sangat kritis dalam menekankan pengembangan masyarakat dalam aktifitas yang tidak meluas pada aktifitas ekonomi namun lebih terfokus pada aspek non materi seperti meningkatkan huubungan dan identitas masyarakat juga meningkatkan kualitas kepemimpinan masyarakat.

Ini dapat dilakukan dengan mendorong para anggota masyarakat untuk membangun usaha dalam kolaborasi yang baik dengan yang lain atau dengan membangun koperasi yang dapat secara bersama menjalani aktivitas ekonomi. Walaupun ada beberapa contoh pada harmonisasi yang berhasil pada pendekatan komunitarian dan usaha, pengalaman koperasi dalam masyarakatpun telah didokumentasikan dengan baik.

Dengan contoh ini, ada kemungkinan untuk mengharmonisasikan strategi konsep tanggung jawab sosial perusahaan dengan pendekatan lain dan berusaha untuk mempromosikan implementasi dalam lingkungan yang berbeda, ini juga membutuhkan suatu kesepakatan yang sesuai.

2.3  Dampak Social E-environment dalam E-business (pertanggung jawaban sosial perusahaan)

Dengan diterapkannya etika bisnis yang disertai tanggungjawab sosial, bisnis akan tumbuh dan berkembang karena terciptanya iklim dan lingkungan yang kondusif. Bisnis dalam kondisi yang demikian diharapkan bisa memacu terjadinya pemerataan.

Perkembangan jaman yang semakin maju menjadikan  laju pertumbuhan perekonomian dunia  semakin cepat dan dengan diberlakukannya  sistem perdagangan bebas membuat batas kita dan batas dunia  semakin “kabur” (borderless world). Hal ini jelas mendorong semua kegiatan saling berpacu satu dengan yang lain untuk mendapatkan kesempatan (opportunity) yang dapat menghasilkan keuntungan (profit).

Dalam perspektif  usaha  jangka panjang yang harus lebih  diperhatikan perusahaan adalah  kesadaran akan segudang  tanggung jawab sosial perusahaan  sebagai  kewajiban organisasi  usaha  dalam rangka untuk melindungi lingkungan dan memajukan masyarakat di mana organisasi  dan pasar  perusahaan berada. Tanggung jawab sosial dunia bisnis bukanlah bentuk tanggung jawab yang dipaksakan apalagi atas dasar tekanan, ancaman, atau paksaan, melainkan tanggung jawab yang didasari kaidah moral, komitmen sosial, dan etika bisnis yaitu suatu tuntutan mengenai perilaku, sikap dan tindakan yang diakui, sehubungan suatu jenis kegiatan usaha suatu perusahaan terkait  penerapan tanggung jawab sosial suatu perusahaan  yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah suatu cara dalam melakukan kegiatan usaha dengan memperhatikan  seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini merupakan suatu kesatuan yang  mencakup bagaimana kita menjalankan usaha  secara adil (fairness), sesuai dengan hukum yang berlaku (legal) serta tidak tergantung pada kedudukani individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis dapat diartikan  lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan bisa  merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan transaksi dan kegiatan yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Tanggung jawab sosial dunia usaha dipengaruhi oleh berbagai kekuatan, yaitu norma sosial dan budaya, hukum serta regulasi, praktik dan budaya organisasi. Jadi, boleh dikatakan dia terbentuk karena dorongan kemanfaatan, moralitas, dan keadilan.

Sebuah studi selama 2 tahun yang dilakukan The Performance Group, sebuah konsorsium yang terdiri dari Volvo, Unilever, Monsanto, Imperial Chemical Industries, Deutsche Bank, Electrolux, dan Gerling, menemukan bahwa pengembangan produk yang ramah lingkungan dan peningkatan environmental compliance bisa menaikkan EPS (earning per share) perusahaan, mendongkrak profitability, dan menjamin kemudahan dalam mendapatkan kontrak atau persetujuan investasi.

Di tahun 1999, jurnal Business and Society Review menulis bahwa 300 perusahaan besar yang terbukti melakukan komitmen dengan publik yang berlandaskan pada kode etik akan meningkatkan market value added sampai dua-tiga kali daripada perusahaan lain yang tidak melakukan hal serupa.

Bukti lain, seperti riset yang dilakukan oleh DePaul University di tahun 1997, menemukan bahwa perusahaan yang merumuskan komitmen korporat mereka dalam menjalankan prinsip-prinsip etika memiliki kinerja financial (berdasar penjualan tahunan/revenue) yang lebih bagus dibandingkan perusahaan lain yang  tidak  melakukan prinsip-prinsip etika.

Fakta masyarakat ada realita kontradiktif, dimana di satu pihak ada perusahaan besar yang aktivitas usahanya banyak diwarnai dengan konflik sosial, tetapi di sisi lain ada perusahaan besar yang berkinerja baik tanpa harus mengalami konflik sosial. Kondisi yang demikian diduga sangat dipengaruhi oleh derajat perilaku etis perusahaan, yang diwujudkannya melalui kadar tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak bisa berdiri sendiri.

Perusahaan memerlukan kemitraan yang saling timbal balik dengan institusi lain. Perusahaan selain mengejar keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan dirinya, juga memerlukan alam untuk sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai bagian dari pada etika berusaha, perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial. Dengan demikian keberlangsungan usaha tersebut dapat berlangsung dengan baik dan secara tidak langsung akan mencegah konflik yang merugikan.

  1. Penutup

3.1  Kesimpulan

  1. Social E-environment dalam E-business adalah setiap perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial dalam melaksanakan pergerakan perusahaan. Karena perlu di ketahui bahwasanya semakin berkembangnya perusahaan pasti semakin besar jg pertanggung jawaban social terhadap lingkungan sekitar.
  2. Bentuk Social E-environment dalam E-business adalah program tanggung jawab sosial sangat beragam bergantung pada proses interaksi sosial, bersifat sukarela, didasarkan pada dorongan moral dan etika, biasanya melebihi dari hanya sekedar kewajiban memenuhi peraturan perundag-undangan. Oleh karena itu, di dalam praktek, penerapan program tanggung jawab sosial selalu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing perusahaan dan kebutuhan masyarakat. Idealnya terlebih dahulu dirumuskan bersama antara tiga pilar yakni dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat, yang kemudian dilaksanakan sediri oleh masing-masing perusahaan.
  3. Dampak Social E-environment dalam E-business adalah dengan diterapkannya etika bisnis yang disertai tanggungjawab sosial, bisnis akan tumbuh dan berkembang karena terciptanya iklim dan lingkungan yang kondusif. Bisnis dalam kondisi yang demikian diharapkan bisa memacu terjadinya pemerataan. Dampak perspektif  usaha  jangka panjang yang harus lebih  diperhatikan perusahaan adalah  kesadaran akan segudang  tanggung jawab sosial perusahaan  sebagai  kewajiban organisasi  usaha  dalam rangka untuk melindungi lingkungan dan memajukan masyarakat di mana organisasi  dan pasar  perusahaan berada.

Daftar Rujukan

Supply Chain Management Trade Offs Analysis.

Artikel saya kali ini akan mencoba membahas tentang Supply Chain Management Trade Offs Analysis.Artikel kali ini saya buat agar dapat berbagi di blog ini untuk membantu dan memberi informasi kepada pembaca apa itu Supply Chain Management. Pertama-tama saya akan membahas apa itu pengertian tentang dari pengertian Supply Chain Management.Kontrol Parameternya,Metodologinya,dan Simulasi yang digunakan untuk mengembangkan.

1. PENGERTIAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

         Supply Chain adalah urutan kegiatan atau proses dalam pembuatan suatu produk dimulai dari penyediaan bahan baku sampai dengan pemusnahan produk tersebut. Dengan kata lain, Supply Chain, adalah kegiatan yang dimulai dari sumber pembuat bahan baku (supplier) sampai ke pengguna terakhir (customer).

Secara ringkas, kegiatan Supply Chain Management (SCM) dalam suatu perusahaan adalah bagaimana seorang pimpinan SCM mengelola ‘supply – demand’ didalam perusahaan tsb secara cerdas. Termasuk melakukan koordinasi penyediaan barang dan jasa dengan para suplier, kontraktor, partner dalam pemenuhan kebutuhan para pengguna (customers, end users), sesuai kriteria sbb:

  1. Pada saat yang dibutuhkan,
  2. Dengan biaya (pembelian, penyimpanan, pemeliharaan, pembuangan dll) se-ekonomis mungkin.
  3. Tanpa menimbulkan kekacauan dan penundaan jadwal pada kegiatan operasional,
  4. Dengan kualitas yang tetap terjaga,
  5. Meminimumkan resiko HSE (kesehatan, keselamatan dan lingkungan),
  6. Tetap menjaga reputasi (image) perusahaan, dan
  7. Peningkatan keuntungan pada perusahaan.

2.      KONTROL PARAMETER

  • Kontrol Parameter untuk memahami dampak dari waktu proses bisnis administrasi untuk memproses pesanan cus-gan APC dan menggunakan pemahaman untuk mengidentifikasi rentang operasi bersama dengan hasil dari studi sebelumnya yang serupa.
  • Waktu proses bisnis administrasi (ABPT) adalah komponen dari pesanan pelanggan untuk proses pengiriman. Dimulai dari waktu pesanan pelanggan tiba di pusat layanan cusgan APC dan berakhir ketika perintah kiriman Perangkat ini mendapat kembali di sebuah pusat distribusi. Hal ini diikuti oleh waktu proses eksekutif(EPT) yang dimulai dari saat pengiriman order diterima di sebuah pusat distribusi waktu pengiriman dikirim kepada pelanggan. Dengan demikian, Jumlah pelanggan untuk waktu pengiriman = ABPT + EPT.

 

  •     Komponen-Komponen ABPT

a) urutan waktu proses.

b). waktu untuk menunggu kedatangan inventory jika persediaan cukup tidak tersedia .

c)  waktu untuk transmisi pengiriman pesanan dari pelanggan layanan cen ter-ke pusat distribusi ditugaskan.

d) Waktu pemesanan proses-ing adalah kegiatan untuk memastikan order tersebut valid dan memeriksa ketersediaan persediaan untuk memenuhi pesanan.

  • Dampak ABPT:

a)      Proses manual waktu untuk pesanan pembelian: Beberapa pesanan pembelian yang diperlukan manual modifikasinya dan persetujuan yang ditambahkan untuk memimpin waktu.

b)      Pembatalan tingkat pesanan pembelian: Beberapa perintah pembelian harus dibatalkan karena beberapa faktor termasuk, pembatalan pesanan pelanggan, menggabungkan beberapa pesanan pembelian ke dalam satu urutan, dan kesalahan. Penetapan tersebut memakan waktu yang berharga sehingga menunda proses perintah lain dan waktu lebih lanjut dari personil untuk pelacakan dan pembatalan.

c)      Persentase pesanan pembelian diproses melalui otomatisasi: Semakin tinggi persentase perintah yang dapat diproses secara otomatis, menurunkan lead time.

3.      METODOLOGI.

Penelitian ini menggunakan metodologi berdasarkan simulasi kejadian diskrit. Sebuah model urutan pelanggan untuk proses pengiriman dan kegiatan pendukung dalam rantai pasokan dikembangkan menggunakan software ARENA (Bapat dan Sturrock 2003). Proses bisnis termasuk dalam model tersebut dipilih berdasarkan relevansi mereka dengan urutan cusgan APC untuk proses pengiriman dan termasuk:

a)      Order Pemenuhan.

b)      Pengadaan.

c)      Permintaan dan Penawaran Perencanaan persediaan.

4.      SIMULASI DIGUNAKAN UNTUK MENGEMBANGKAN

1. Menentukan Control Lever untuk ABPT

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi tuas kontrol untuk ABPT yang dapat digunakan pada gilirannya dapat bervariasi nilai-nilai ABPT dan memahami dampaknya terhadap indikator kinerja utama.

2. Dampak Perubahan ABPT

Pada langkah ini, hasil percobaan dianalisa untuk understand hubungan antara waktu proses business administrasi (ABPT) dan kinerja utama indicaaktor (KPI) dari bunga.

 

Itulah pembahasan artikel saya tentang Supply Chain Management Trade Offs Analysis. Semoga dapat membantu pembaca mendapatkan informasi dan pengetahuan.

 

 

Sistem Informasi Pendukung Keputusan Manajerial (Pembuatan DSS for SISP).

Artikel saya kali ini akan mencoba membahas tentang Sistem Informasi Pendukung Keputusan Manajerial (Pembuatan DSS for SISP). Artikel saya kali ini terinspirasi dari presentasi teman saya pada saat pembelajaran mata kuliah IT FOR BUSINESS hari selasa 21 Juni 2011 kemarin. Presentasi tugas yang di presentasikan teman saya pada saat mata kulia IT FOR BUSINESS membuat saya ingin berbagi di blog ini agar dapat membantu dan memberi informasi kepada pembaca apa itu system informasi manajemen. Pertama-tama saya akan membahas apa itu pengertian tentang dari  Sitem Informasi Manajemen.

1.      Pengertian Sistem Informasi Manajemen

Sistem Informasi Manajemen (SIM) atau Management Information System (MIS) adalah suatu sistem informasi pendukung manajemen yang menyeadiakan berbagai laporan, display, dan respon secara periodik, eksepsi, atau berdasarkan permintaan.

2.      Sistem Pendukung Keputusan(SPK)

         Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support Systems = DSS) adalah suatu sistem informasi yang dapat menggunakan model-model keputusan, basisdata, dan pemikiran manajer itu sendiri, proses modeling yang interaktif dengan komputer tersebut agar dapat mencapai pengambilan keputusan  oleh manajer tertentu.

3.      Sistem Pendukung Keputusan(SPK)

Menyediakan berupa suatu dukungan informasi yang interaktif bagi para manajer dalam proses pengambilan keputusan SPK menggunakan:

  1. Model-model analitik.
  2. Basis data khusus.
  3. Buah fikiran manajer sendiri.
  4. Proses modelling interaktif.

4.    Sistem Pendukung Keputusan(SPK)

  • Contoh Aplikasi SPK (DSS)
  1. Institutional DSS: Perencanaan strategis perusahaan
  2. Ad hoc DSS: untuk masalah & situasi tertentu
  3. Industrial DSS: Airline DSS, Real Estate DSS
  4. GIS (Geographic Information Systems) adalah DSS yang mendukung keputusan menyangkup distribusi geografis dari sumberdaya  

4.         Sistem Pendukung Keputusan(SPK)

  •     Komponen SPK
  1. Hardware dan network resources
  2. Software resources
  3. Data resources
  4. Model resources
  5. People resource
  •      Contoh software SPK : PC/FOCUS, IFPS Personal, Hollos, Gentia, Decision-Web.

Di dalam pembahas tentang Sistem Informasi Pendukung Keputusan Manajerial (Pembuatan DSS for SISP). Saya akan membahas tentang konsep dasar  Sistem Informasi Pendukung Keputusan Manajerial (Pembuatan DSS for SISP):

DEFENISI DATA

Data ->merupakan representasi dari fakta atau gambaran suatu objek atau kejadian.

Informasi -> merupakan hasil olahan data, dimana data tersebut sudah diproses dan diinterpretasikan menjadi sesuatu yang bermakna untuk pengambilan keputusan.

Pengambilan Keputusan

Masalah

  • Merupakan suatu kondisi yang berpotensi menimbulkan kerugian luar biasa atau menghasilkan keuntungan luar biasa.

Keputusan

  • Merupakan kegiatan memilih suatu strategi tindakan dalam pemecahan masalah .

Pengambilan keputusan

  •     Tindakan memilih strategi atau aksi yang diyakini manajer (pengambil keputusan)akan memberikan solusi terbaik atas sesuatu.

Tujuan Keputusan

  • Untuk mencapai target atau aksi tertentu yang harus dilakukan.

ciri-ciri Keputusan

  1. Banyak pilihan / alternatif.
  2. Adakendala atau syarat.
  3. Mengikuti suatu pola/model tingkah laku,baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur.
  4. Banyak input / variabel.
  5. Adafaktor risiko.
  6. Dibutuhkan kecepatan, ketepatan, dan keakuratan.

Itulah pembahasan artikel saya tentang sistem Informasi Pendukung Keputusan Manajerial (Pembuatan DSS for SISP). Semoga dapat membantu pembaca mendapatkan informasi dan pengetahuan.